Apa itu ultras? Ultras diambil dari bahasa latin yang memiliki makna kandungan artian “di luar kebiasaan”. Jadi kalangan ultras tidak akan pernah berhanti dalam memberikan dukungan pada tim ketika bertanding.
Bahkan mereka akan rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung dengan gaya yang lebih berani berseperti menyalakan kembang api atau petasan dan juga yel-yel dengan nada keras baik dalam bentuk dukungan maupun kritikan.
Sepakbola tanpa kehadiran penonton atau suporter yang berada di pinggir lapangan tentu terasa ada bagian yang kurang.
Hadirnya mereka dengan segala bentuk dukungan bisa untuk menjadi penyemangat dan memberikan suntikan kekuatan tambahan bagi tim yang didukungnya untuk bisa selalu meraih kemenangan saat bertanding.
Namun seiringnya kultur dan budaya yang mempengaruhi, terkadang menjadikan mereka dalam satu wadah atau simbol untuk memberikan dukungan yang berbeda-beda.
Hal ini bisa dilihat secara simple saja dari cara mereka berpakaian ketika hadir di stadion dan juga cara memberikan dukungan kepada tim saat pertandingan berlangsung serta saat pertandingan selesai.
Sejarah Ultras
Menurut catatan sejarah, fenomena ultras dilihami dari demotrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda saat ketidakpastian politik yang melanda Italia di akhir 1960an. Al hasil, sejatinya ultras adalah simptati politik dan representasi ideologi.
Setiap Ultras tentu memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam. Hal ini bisa di lihat pada sepakbol Italia dimana masing-masing klub terkadang memiliki kelompok-kelompot ultras yang lebih dari satu.
Jadi sampai saat inipun ketegangan antar suporter masih sering terjadi dan sulit untuk dihilangkan dengan muda. Banyak kasus-kasus yang melibatkan pertikaian antar suporter yang melibatkan ultras tercatat dalam sejarah kelam sepakbola Italia.
Seperti saat kerusahan masif yang melibatkan kelompok ultras pada 12-15 November 2007.
Ketika Gabriele itu Sandri yang merupakan DJ terkenal di Roma yang merupakan pendukung Lazio meninggal setelah tertembak oleh polisi saat terjadi kerusuhan anatar polisi Roma dengan sekelompok suporter Juventus.
Padahal Sandri sendiri tidak terlibat kerusuhan hanya berada di tempat dan waktu yang salah.
Imbasnya, kematian Sandri menyulut kerusuhan besar di kota Roma ketika ribuan anggota Irriducibbli Lazio menyerbu kantor polisi untuk menuntut keadilan.
Bahkan di kora Milano juga terjadi hal yang sama pada saat ribuan Ultras Inter menyerbu kantor-kantir polisi sebagai bentuk rasa solidaritas.
Italia sebenarnya relatif bersih dari ulah kelompok-kelompok ultras yang sering bertindak anarkis dan memancing keributan.
Hingga pada akhirnya catatan itu tercoret dengan perilaku yang tidak terpuki yang dilakukan oleh sekelompok Ultras Roma (pendukung AS Roma) yang menikam 3 pendukung Middlesbrough (2006) dan melakukan pengeroyokan hingga babak belur 11 suporter Manchester United (2007).
Ultras Indonesia
Lantas bagaimana dengan perilaku atau sikap kelompok-kelompok ultras sepakbola di tanah air?
Meski beberapa klub sudah dikenal memiliki basis supoter yang santun dan tekenal dengan kreatifitasnya saat memberikan dukungan pada tim favorit.
Namun, tidak bisa untuk dipungkiri, kultur dan budaya perilaku sepakbola di tanah air masih jauh dari apa yang diharapkan.
Sering kali ketegangan-ketegangan tercipta sebelum pertandingan dan meluber menjadi kerusuhan massal saat pertandingan berlangsung maupun setelah selesai pertandingan.
Hal ini tentu tak lepas di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti tidk mau melihat klub favoritnya menelan kekalahan terlebih saat menghadapi rival beratnya. Bisa juga karena memang kedua kubu memiliki riwayat gesekan dan tidak mau di anggap remeh.
Hal ini menjadikan pertandingan terkadang harus berhenti sementara di tengah pertandingan imbas dari kerusuhan yang terjadi.
Bahkan terkadang untuk pertandingan big match tertentu pihak kepolisian sulit untuk memberikan izin dan terpaksa di tunda jika sudah terdeteksi bisa memancing kerusuhan.
Ironisnya perilaku-perilaku tidak terpuji pada persepakbolaan tanah air bukan saja hanya efek atau imbas dari ketegangan dan gesekan pendukung kedua kubu.
Namun juga kadang perilaku tidak sportif para pemain dan official yang tidak sportif, seperti saling berkelahi dan baku hantam saat pertandingan berlangsung juga patut untuk di sayangkan.
Hingga akhirnya keributan tidak terjadi diatas lapangan saja, namun juga meluber dan mematik reaksi ketegangan antar suporter.
Tentu sangat disayangkan jika pertandingan sepakbola yang seharusnya bisa menjadi tontonan yang menarik menjadi rusuh dengan diwarnai aksi-aksi kekerasan yang semestinya tidak perlu untuk di pertontonkan.
Perbedaan Ultras Dan Hooligan
Perlu untuk di ketahui bahwa ultras tidak memiliki kesamaan dengan Hooligans.
Pada dasarnya keduanya memiliki beberapa prinsip yang tidak sama dan bahkan bertolak belakang meski sekilas keduanya memiliki gaya yang sama dalam memberikan dukungan atau saat hadir di stadion.
Adapun untuk perbedaan Utras dengan hooligan adalah sebagai berikut ini.
Ultras
Ultras di ambil dari bahasa latin yang memiliki arti “di luar kebiasaan”. Kalangan Ultras biasanya tidak berhenti untuk memberikan dukungan pada tim di sepanjang pertandingan berlangsung.
Bahkan rela berdiri sampai pertandingan berakhir dengan menyanyikan yel-yel untuk tim favoritnya baik dalam bentuk dukungan atau kritikan.
Mereka juga identik dengan memakai pakaian berwarna hitam dan penutup wajah dan sering menyalakan kembang api atau petasan saat pertandingan berlangsung untuk mencari perhatian. Terkadang juga membentuk koreo yang terbilang kreatif.
Hooligan
Hooligan diambil dari bahasa Inggris yang berarti berandal atau bajin*an. Dari konteks makna artian saja sebenarnya mudah dijabarkan. Mereka terkenal lebih brutal dan suka membuat onar baik saat sebelum pertandingan atau saat pertandingan berlangsung.
Terlebih jika tim favoritnya menelan kekalahan, sudah pasti mereka akan sulit untuk meredakan emosinya dan sering melampiaskan dengan hal hal yang tidak terpuji seperti membuat keributan dan berkelahi dengan suporter lawan.
Dalam segi penampilan, untuk kelompok hooligans cenderung bebas dan tidak sama dengan tin mereka.
Hal ini bertujuan untuk mengelabui polisi atau pihak keamanan dan juga suporter lawan agar tidak mudah terdektesi.
Mereka kadang juga duduk tidak dalam satu tempat bersama dalam stadion dan berpencar. Selain itu, tampilannya juga biasa saja dan tidak menggunakan atau membawa senjata.
Dari uraian di atas tentu sudah bisa kita tarik kesimpulan antara perbedaan ultras dengan hooligans. Meski keduanya dikenal sangat keras dalam memberikan dukungan pada tim favoritnya.
Ultras memiliki karakter yang sangat temperamental, yang sebenarnya sama halnya dengan hooligans jika tim favoritnya kalah atau diremehkan.
Namun bedanya, hooligan memiliki tujuan mendukung tim dan bukan untuk unjuk kekuatan lewat fisik.
Perbedaan Prinsip-Prinsip Ultras Dan Hooliganisme
Secara prinsip-prinsip, berikut perbedaan antara kelompok ultras dengan hooligans
Prinsip-Prinsip Ultras
- Tidak pernah berhenti untuk memberikan bernyanyi dan meneriakkan yell atau chats dukungan sepanjang pertandingan, apapun hasil pertandingan itu.
- Tidak pernah duduk sepanjang pertandingan.
- Selalu berusaha untuk sebanyak mungkin menyaksikan pertandingan tim favorintya baik saat laga home maupun away.
- Loyalitas penuh pada pemain dan tim favoritnya, dalam segala situasi atau kondis dan juga prestasi klub.
- Loyalitas penuh pada bagian stadion tempat mereka berkiprah (curva) dan kelompok ultras bersaudara (gamellagio) di klub lain.
Prinsip-Prinsip Hooligans
- Jika kelompok ultras terikat dalam suatu organisasi yang jelas, kelompok hooligans tidak memiliki organisasi yang jelas.
- Kelompok Ultras bertujuan untuk mendukung klub favoritnya, sementara kelompok hooligans menyerang pendukung lawan.
- Kelompok ultras bangga dengan selalu menggunakan atribut klub dan kelompoknya ke manapun mereka berpergian. Sedangkan kelompok hooligans tidak akan menggunakan ataribut apapun kecuali saat pertandingan.
- Kelompok ultras cenderung berkelompok sehingga memudahkan polis untuk mengidentifikasi dan memberikan perlindungan pada mereka. Sementara kelompok hooligans justru terkesan sebaliknya dan biasanya suka berpencar untuk mengelabui polisi dan bahkan suporter dari pihak lawan.
Jenis-Jenis Penonton Suporter Sepakbola Di Indonesia
Sepakbola merupakan salah satu olahraga favorit di dunia termasuk di Indonesia.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa klub yang punya popularitas cukup besar seperti Arema, Persija, Persib, Sriwijaya FC, Madura United, PSM, Persebaya dalan lainnya.
Bahkan bisa dikatakan untuk barometer klub di persepakbolaan tanah air, bisa diukur dengan jumlah suporternya.
Semakin besarnya jumlahnya, tentu menjadikan popularitasnya semakin menaik dan sebaliknya juga dengan jumlah pendukung yang cukup sedikit, tentu akan sulit mendapat tempat di hati penonton kecuali dari wilayah klub asalnya.
Mereka hadir ke lapangan untuk memberikan dukungan dengan berbagai ragam bentuk mulai dari atribut yang dikenakan dan juga yel-yel yang disuarakan.
Pada umumnya untuk pembagian suporter sepakbola di Indonesia terbagi menjadi 3 kelompok dengan ciri khas sebagai berikut ini.
Ultras
Kelompok yang mengatasnamakan dirinya bagian dari ultras biasanya memiliki ciri khas memakai pakaian dengan ciri khas warna hitam dengan memakai penutup wajah dengan tudung jaket, banda dan cadar.
Biasanya mereka memberikan dukungan dengan suara yang paling lantang dan juga sering memberikan dukungan dengan lagu-lagu, chant, perkusim, bendera suporter, dan koreografi yang memiliki cirikhas khusus.
Mania
Istilah suporter Mania menurut berbagai sumber pertama kali dipopulerkan oleh Arema sebelum beberapa kelompok suporter atau penonton lainnya ikut memakainya.
Untuk jenis suporter ini biasanya mencoba tampi lebih elegan dan meniru gaya suporter luar negeri dengan menggenakan jersey dam pernak-pernik sesuai dengan warna tim yang didukungnya. Mereka lebih bergaya kalem dalam memberikan dukungan.
Casual
Untuk jenis suporter dengan tampilan yang casual ini mencoba mengadopsi turunan dari gaya Hooligan Inggris. Biasanya kelompok suporter ini memakai akain dan sepatu dari jenana tang terpandang dan memakai celana model baggie.
Dengan tampilan yang casual ini, biasanya kelompok suporter ini bertujuan untuk mengelabui polisi atau pihak keamanan agar tidak mendapat pengawasan yang ketat.
Suporter Sepakbola Indonesia Rasa Ultras
Seiring dengan pertumbuhan nilai-nilai yang terkandung dalam sepakbola, menjadikan suporter sepakbola di Indonesia dalam periode pertumbuhan yang sangat menggemberikan.
Hal ini ditandai dengan mayoritas semua klub sepakbola di tanah air telah memiliki basis kelompok-kelompok suporter yang sudah terorganisir.
Tentunya, ini bisa menjadi fenomena yang menarik dan sangat bagus bagi perkembangan sepakbola nasional.
Kehadiran suporter ini sedikit banyak telah merubah gaya dukung dan pola perilaku penonton saat memberikan dukungan pada klub favoritnya baik saat laga kandang maupun tandang.
Tak bisa dipungkiri, meski mengadopsi gaya suporter sepakbola luar negeri. Namun sering kali kita bisa menyaksikan aksi-aksi kreatif suporter Indonesia yang memang layak untuk diberi apresiasi.
Meski pada akhirnya di kemudian hari, terjadi proses kreatif dengan lebih mengandalkan dan menampilakan budaya lokal yang menjadi ikon klub atau daerah masih-masing.
Kebanyakan untuk suporter sepakbola tanah air terinspirasi dari suporter luar negeri seperti Barras Braves (Argentina / Amerika Latin), Roligan (Denmark), Tartan Army (Skotladia) dan tentunya Italian Ultras yang sudah asing lagi bagi para pencinta sepakbola di tanah air.
Gambar Ultras
Berikut beberapa gambar ultras dunia dan Indonesia dengan penjelasannya
Khusus untuk gaya Italian Ultras nampaknya lebih popoler dan mudah melekat dengan gaya suporter sepakbola Indonesia. Hal ini tak lepas dengan gaya menonton saat di dalam stadion masih memiliki kultur budaya yang hampir sama.
Terlebih di era tahun 1990-2000 an, kita dimanjakan dengan suguhan pertandingan Liga Italia di salah satu stasiun televisi di tanah air. Di mana pada masa itu, merupakan puncak popularitas sepakbola dari negeri Pizza tersebut dengan banyaknya pemain bintang dunia yang bermain disana.
Kentalnya budaya ultras bisa dilihat dengan teramat jelas dari atraksi kelompok suporter kita di lapangan saat memberikan dukungan pada tim favoritnya. Mulai dari posisi penempatan di sisi tribun tertentu dan tidak selalu di belakang gawang.
Meski sejauh ini masih ada yang konsisten di sekitar belakang gawang seperti Ultras Persija, Orange Street Boys (Persija), Slemania (PSS Sleman) dan juga Brajamusti (PSIM Jogjakarta). Sementara beberapa kelompok suporter juga lebih suka di tribun yang menghadap ke kamera.
Gambar Ultras di Indonesia
Memakai istilah asing atau pemakaian kata ultras terkadang tidak juga salah, asal bisa mengerti dan memahami mengenai istilah tersebut.
Perlu untuk digaris bawahi pemakaian Ultras sebaiknya dipakai pada penekanan metalitasnya dan juga nilai prinsip-prinsip yang sudah di uraikan diatas. Seperti selalu berdiri selama 90 menit atau hingga pertandingan usai.
Tak lelah untuk meneriakan yel-yel atau menyanyikan lagi-lagu pembangkit semangat pada timnya, dan juga tidak memperdulikan hasil dari pertandingan tersebut.
Untuk saat ini memang mulai ada perilaku yang modern dan positif pada suporter sepakbola di indonesia.
Seperti datang ke stadion dengan menggunkan atribut tim favorit lengkap seperti mamakai jersey yang dilengkapi dengan aksesoris seperti syal, topi, atau pernak pernik lain sesuai dengan indetitas tim yang didukungnya.
Bahkan bila kita cermati, saling unjuk kreativitas juga sering dipertontonkan dengan masing-masing suporter kedua klub yang bertanding membuat koreo-koreo seperti suporter sepakbola di luar negeri.
Hal-hal perilaku positif ini tentu diharapkan bisa mendongkrak popularitas sepakbola di tanah air yang sebenarnya juga masih terdapat beberapa perilaku atau sikap tidak terpuji yang perlu dihapus.
Ultras Dan Perilaku Dalam Sepakbola
Sejauh ini negara-negara yang terkenal dengan ultrasnya seperti Italia dan Argentina.
Hal ini bisa kita buktikan dengan menyaksikan pertandingan sepakbola dari liga kedua negara tersebut, dimana para suporternya masing menjaga prinsip-prinsip dan perilaku ultras saat memberikan dukungan pada tim favoritnya.
Tak aneh, jika ketegangan-ketegangan dan suasa panas masih sering terlihat di bidang liga-liga dari negara lain seperti liga Inggris, Spanyo, Jerman, Perancis dan lainnya.
Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisis dengan gaya dukung yang teatrikal yang kemudian menjalar dan merambah ke negara-negara lain termasuk di Indonesia dengan banyaknya kelompok suporter yang menggunakan istilah ultras.
Model tersebut masyhur karena menampilan pertunjukan-pertunjukan yang sepkatakuler seperti pemakain kostum yang terkordinir atau kompat dengan pemakaian atribut-atribut lain seperti bendera dan syal.
Bahkan terkadang mereka juga tak segan untuk membentangkan spanduk dengan ukuran besar untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu baik bentuk dukungan atau protes.
Pengimbaran bendera atau panji raksasa di warna dengan bom asap warna warni memang kini juga sudah menjadi pemandangan yang sudah tidak asing lagi dalam wajah sepakbola di tanah air.